Wednesday, July 13, 2016

KETUPAT DAN LEPET

📗 *SEJARAH KETUPAT*

```Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa.

Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu bakda Lebaran dan bakda Kupat yang dimulai seminggu sesudah Lebaran.```


*Arti Kata Ketupat.*

```Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau KUPAT merupakan kependekan dari Ngaku
Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.
Laku papat artinya empat tindakan.```

*Ngaku Lepat.*
```Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang jawa.
Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.```


*Laku Papat.*
```1. Lebaran.
2. Luberan.
3. Leburan.
4. Laburan.```


*Lebaran.*
```Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa.```


*Luberan.*
```Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin.
Pengeluaran zakat fitrah.```


*Leburan.*
```Sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.```

*Laburan.*
```Berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.
Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.```

*FILOSOFI KUPAT - LEPET*

*KUPAT*
```Kenapa mesti dibungkus janur?
Janur, diambil dari bahasa Arab``` *Ja'a nur* ```(telah datang cahaya ).
Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia.
Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki.
Kenapa? karena hatinya sudah dibungkus cahaya (ja'a nur).```

*LEPET*
```Lepet = silep kang rapet.
Mangga dipun silep ingkang rapet, mari kita kubur/tutup yang rapat.
Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.

Betapa besar peran para wali dalam memperkenalkan agama Islam.

Friday, July 8, 2016

Khalid Bin Walid Sang Pedang Allah.

Ada satu kisah menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sangat sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas.Pada suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesansingkat, "Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid di pecat sebagai panglima perang. Segeramenghadap!"Menerima khabar tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu.Sebagai prajurit yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera bersiap menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya.Sesampai di depan Umar beliau memberikan salam, "Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya di pecat?""Walaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!" Jawab Khalifah."Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?""Kamu tidak punya kesalahan.""Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?""Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik.""Lalu kenapa saya dipecat?" tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab, "Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tak pernah satu kalipun kalah.Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan. Tapi, ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong''.''Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkanaku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja kautak bisa berbuat apa-apa!"Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatanyang ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar.Sambil menangis belaiu berbisik, "Terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!"⭐Bayangkan Sahabat…. Jenderal mana yang berlaku mulia seperti itu? Mengucapkan terima kasih setelah dipecat. Padahal beliau tak berbuat kesalahan apapun. Adakah Jenderal yang mampu berlaku mulia seperti itu saat ini?Hebatnya lagi, setelah dipecat beliau balik lagi ke medan perang. Tapi, tidak lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa, sebagai bawahan, dipimpin oleh mantan bawahannya kemarin.Beberapa orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima yang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah dipecat. Lalu, ada diantara mereka yang bertanya, "Ya Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat."Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab, "Saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukanjuga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah."*⭐Sebuah kisah yang sangat indah dari seorang Jenderal, panglima perang, ''Pedang Allah yang Terhunus''.Kita bisa mengambil banyak hikmah dari kisah ini. Betapa rendah hati Sahabat Nabi yang mulia ini. Beliau penuh kemuliaan, punya jabatan, populer, dan tak pernah berbuat kesalahan. Namun, ketika semua itu dicabut beliau sedikitpun tak terpengaruh. Beliau tetap berbuat yang terbaik. Karena memang tujuannya semata-mata hanya mencari keridhaan Allah SWT.

Wednesday, July 6, 2016

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437H


الْحَمْدُ ِللهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِ مِمَّنْ خَالَفَهُ وَعَصَاهُ، الَّذِى يَعْلَمُ مَا أَظْهَرَهُ الْعَبْدُ وَمَا أَخْفَاهُ، الْمُتَكَفِّلُ بِأَرْزَاقِ عِبَادِهِ فَلاَ يَتْرُكُ أَحَدًا مِنْهُمْ وَلاَيَنْسَاهُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى مَاأَعْطَاهُ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِى اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.

أَمّأَبَعْدُ؛ فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah !.

Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala, taqwa dalam arti melaksanakan segala perintah dan mencegah segala laranganNya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Alhamdulillah, hari ini sampailah kita kepada saat dinantikan, hari bahagia yang penuh barokah dan ampunan Allah, yaitu hari Raya‘Idul Fitri.

Puji dan syukur bagi Allah yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin, sehingga kita telah dapat menyelesaikan tugas berat sebulan lamanya yakni puasa Ramadlan.

Hari-hari penuh penderitaan lahir batin, lapar dan dahaga yang kiTa’alami di bulan Ramadlan itu semata-mata ujian bagi kaum Muslimin.

Ma’syiral muslimin rahimakumullah !.

Setelah dalam satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa, kini tibalah saatnya hari Raya Fitri, hari yang penuh kebahagiaan, kebahagiaan untuk kita, dan untuk semua umat Islam yang telah memenuhi kewajibannya berpuasa pada bulan Ramadlan.

إِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوْا إِلَى عِيْدِهِمْ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالِى؛ يَامَلآئِكَتِى كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ أَجْرَهُ، وَعِبَادِيَ الَّذِيْنَ صَامُوْا شَهْرَهُمْ وَخَرَجُوْا إِلَى عِيْدِهِمْ يَطْلُبُوْنَ أُجُوْرَهُمْ اِشْهَدُوْا أَنِّى قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُنَادِى مُنَادٍ؛ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ارْجِعُوْا إِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَّلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ. فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى؛ يَاعِبَادِى صُمْتُمْ لِى وَافْطِرْتُمْ فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ.

“Apabila orang-orang itu telah selesai berpuasa pada bulan Ramadlan lalu keluar menuju (shalat )hari raya mereka, maka Allah Ta’ala berfirman : “Wahai Malaikat-Malaikat-Ku, setiap yang beramal tentu mengharap/meminta pahalanya, dan sekarang hamba-hamba-Ku yang telah berpuasa sebulan dan keluar menuju (shalat) hari raya, juga meminta pahala mereka, maka saksikanlah olehmu seka lian bahwa Aku benar telah mengampuni mereka”. Kemudian suatu panggilan memanggil; “Hai umat Muhammad!, kembalilah kalian ke rumah kalian masing-masing, sesungguhnya kesalahan-kesalahan kalian telah diganti dengan kebajikan”. Lalu Allah Ta’ala berfirman; “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian telah berpuasa untuk-Ku, dan telah berbuka untuk-Ku, maka bangkitlah kalian dalam keadaan telah mendapatkan ampunan”.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah !.

Hari Raya‘Idul Fitri adalah sebagai hari kembalinya kaum Muslimin kepada kesuciannya, maka pada hari itulah Allah Swt. telah memerintahkan kepada kita untuk mengeluarkan zakat fitrah, yakni zakat pribadi.

Zakat fitrah yang berupa bahan makanan pokok penduduk masing-masing daerah, telah ditentukan banyaknya dalam Islam.

Tentang banyaknya zakat fitrah ini, Ibnu Umar telah meriwayatkan yang berasal dari Rasulullah Saw :

فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْصَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَاْلأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ. (رواه البخارى ومسلم)

“Zakat fitrah (sebagai penyempurnaan) dari puasa Ramadlan, yaitu satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum, wajib atas hamba sahaya orang yang merdeka, lelaki dan perempuan, besar dan kecil dari orang-orang Islam”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas memberikan pengertian tentang wajibnya zakat fitrah, serta ke terangan banyaknya yang harus dikeluarkan bagi tiap jiwa. Zakat fitrah meru pakan kunci pembuka dan penyempurna untuk diterimanya ibadah puasa kita, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

شَهْرُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلاَيُرْفَعُ إِلَى اللهِ إِلاَّ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ.

“Bulan Ramadlan tergantung di antara langit dan bumi dan tidak akan diangkat ke hadapan Allah, kecuali dengan zakat fitrah”. (HR. Ibnu Syahin).

Zakat fitrah adalah suatu kewajiban harus ditunaikan pada waktu yang telah ditentukan, yaitu mulai terbenamnya matahari akhir bulan Ramadlan sampai sebelum dilaksanakannya shalat Idul Fitri.

Dalam hal ini Nabi Muhammad Saw. telah memberikan penegasan dengan sabdanya:

فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمُسَاكِيْنِ فَمَنْ أَدَّهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِىَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ، وَمَنْ أَدَّهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ. (رواه أبو داود وإبن ماجه)

“Zakat fitrah adalah pembersih bagi orang yang berpuasa dari tindak laku yang sia-sia dan perbuatan yang kurang baik, sebagai hidangan bagi orang-orang miskin, maka barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat ‘Ied, itulah zakat yang diterima (sebagai zakat fitrah) dan barangsiapa yang menunaikannya sesudah shalat ‘Ied, maka ia adalah shadaqah biasa sebagaimana shadaqah-shadaqah yang lain”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah !.

Kita tentu menyadari bahwa hanya dengan pertolongan Allah jualah kita semua dapat menyelesaikan kewajiban puasa. Selama Ramadlan kita telah diberi kekuatan oleh Allah untuk berpuasa yang berarti kita semua merasa memperoleh kemenangan, bagaikan prajurit yang baru saja datang dari medan peperangan dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang.

Memang demikianlah, melawan hawa nafsu adalah merupakan jihad, sebagaimana sabda Nabi Saw:

الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ السُّوْءَ وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ هَوَاهُ.

“Al-Muhajir (orang yang hijrah) ialah orang yang meninggalkan kejahatan, sedang Al-Mujahid (orang yang jihad) ialah orang yang perang melawan nafsunya”.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Dalam suasana lebaran yang penuh kegembiraan ini perlu kita tingkatkan kesadaran kita, bahwa kita sebagai manusia yang hidup bermasyarakat harus me nanamkan sifat paling Bantu membantu, hidup gotong-royong dan saling tolong-menolong. Hilangkanlah sifat egoisme (mementingkan diri sendiri) tanpa memper dulikan kepentingan orang lain, jangan asal dirinya sudah kenyang, berkecukupan, selamat dan bahagia lalu tidak memperdulikan nasib orang lain.

Rasulullah Saw. bersabda:

لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (رواه البخارى)

“Belum sempurna iman seseorang dari kalian hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya”. (HR. Bukhari).

Dari hadits ini kiranya dapat kita jadikan sebagai pelajaran bahwa apapun yang kita senangi, baik yang berupa kebahagiaan maupun kebaikan yang telah kita kenyam harus pula dapat dikenyam oleh saudara-saudara sesama umat Islam.

Jika mereka belum bisa, maka kita harus ikut membantunya. Bilamana ada di antara saudara kita yang kelaparan, hendaklah kita bantu hingga ia dapat makan dan merasakan kenyang sebagaimana yang telah kita rasakan.

Rasulullah Saw. bersabda:

مَاآمَنَ رَجُلٌ بَاتَ شَعْبَانَ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَانِبِهِا وَهُوَ يَعْلَمُ.

“Tidaklah beriman dengan baik orang yang bermalam dengan perut kenyang, padahal tetangganya berbaring dalam keadaan lapar, sedang ia mengetahui keadaan tetangganya”.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah !

Demikian pula masalah amaliah, bilamana ada salah seorang dari teman atau saudara kita yang belum mau berbuat taat kepada Allah, maka tugas kita harus mengajaknya dan memberi nasehat kepadanya agar teman kita mau ber sama-sama kita menggunakan umurnya untuk taat kepada Allah. Dengan demi kian kita pun merasa senang bilamana melihat saudara-saudara kita yang ikut aktif taat kepada Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman:

{وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ} [التوبة:71]

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (At-Taubat: 71).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Suasana hari Raya Fitri yang penuh kebahagiaan ini jangan memperdaya kita untuk mengikuti keinginan-keinginan nafsu jahat, sehingga kita lupa akan arti kebahagiaan itu sendiri.

Kita harus menyadari bahwa hawa nafsu yang telah kita perangi dan kita kalahkan sebulan penuh di bulan Ramadlan, tentu tidak menyerah begitu saja. Di balik kekalahan yang diderita oleh hawa nafsu itu tentu masih ada reaksi dari setan yang selalu memasang perangkap dan membentuk kekuatan untuk menyerang kita dan selalu mencari kelengahan kita.

Rasulullah Saw. bersabda:

إِنَّ إِبْلِسَ – عَلَيْهِ اللَّعْنَةُ – يَصِيْحُ فِى كُلِّ يَوْمِ عِيْدٍ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُهُ عِنْدَهُ فَيَقُوْلُوْنَ؛ يَاسَيِّدَنَا مَنْ أَغْضَبَكَ إِنَّا نُكَسِّرُهُ؟ فَيَقُوْلُ؛ لاَشَيْءَ، وَلَكِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ غَفَرَ لِهٰذِهِ اْلأُمَّةِ فِى هٰذَا الْيَوْمِ فَعَلَيْكُمْ أَنْ تَشْغَلُوْهُمْ بِاللَّذَّاتِ وَالشَّهَوَاتِ وَشُرْبِ الْخَمْرِ حَتَّى يَبْغَضَهُمُ اللهُ.

“Sesungguhnya Iblis pada setiap hari Raya menjerit, maka berkumpullah anak buah-anak buah Iblis dihadapannya, mereka bertanya kepada Iblis; “Tuhan kami, siapakah yang telah membuat tuan murka, sungguh akan kami pecahkan dia?”. Iblis menjawab; “Tak apa-apa, hanya saja Allah Ta’ala benar-benar telah memberi ampunan kepada umat ini. Maka kalian harus membikin mereka sibuk dengan kelezatan-kelezatan, keinginan-keinginan nafsu dan minuman arak, sehingga Allah akan murka kepada mereka”. (Bersumber dari Wahab bin Mambah).

Oleh karena itu saudara-saudara yang terhormat, marilah kita jadikan hari Raya Fitri ini sebagai penggugah jiwa kita untuk senantiasa waspada menghadapi bujukan-bujukan setan, dan sehubungan dengan itu marilah kita amalkan sabda Nabi Saw :

اجْتَهِدُوْا يَوْمَ الْفِطْرِ فِى الصَّدَقَةِ وَأَعْمَالِ الْخَيْرِ وَالْبِرِّ مِنَ الصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ وَالتَّسْبِيْحِ وَالتَّهْلِيْلِ فَإِنَّهُ الْيَوْمُ الَّذِى يَغْفِرُ اللهُ تَعَالَى فِيْهِ ذُنُوْبَكُمْ وَيَسْتَجِيْبُ دُعَائَكُمْ وَيَنْظُرُ إِلَيْكُمْ بِالرَّحْمِةْ.

“Usahakanlah pada hari Raya untuk menunaikan zakat dan melakukan amal-amal kebaikan dan kebajikan, seperti shalat, zakat, bertasbih dan bertahlil. Karena sesungguhnya hari Raya itu ialah hari dimana Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa kamu sekalian, dan memperkenankan do’amu sekalian, serta memandang kamu sekalian dengan rahmat”. (Durratul Waa’izhin).

نَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى أَنْ يُوَفِّقَنَا وَإِيَّاكُمْ لِطَاعَتِهِ وَأَنْ يَرْزُقَنَا وَإِيَّاكُمْ رِضَاهُ، وَيُعِيْذَنَا وَإِيَّاكُمْ مِنْ غَضَبِهِ وَنِقْمَتِهِ، وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِ الْمُهْتَدُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِىَ الْمَأْوَى. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.